Belum Ada Judul
"Semua orang menangis ketika sedih, dan itu tidak ada kaitanya dengan kekuatan seseorang. Kamu tidak serta merta kehilangan kelelakianmu ketika menangis." Katamu .
Semua orang menangis ketika bersedih,kapan kamu sedih dan menangis ? Kataku .
"Banyak. Aku menangis ketika aku dimarahi Ayah, ketika mendapat nilai jelek juga aku menangis, ketika aku disakiti kekasihku dulu juga aku menangis." Dia tersenyum mengakrabkan kepadaku.
"Palsu" , Kataku .
"Palsu ?" , Dia bertanya .
"Di jalan ada rumah-rumah digusur, di stasiun ada pedagang-pedagang diusir, di jembatan ada anak-anak kecil kelaparan, di gunung,laut ada sampah berserakan, di facebook dan youtube ada sesaudara di adu domba dan perang, kamu tidak sedih melihat itu semua?" Jawabku.
"Maksudmu apa?" Dia menoleh ke arahku.
"Maksudku, ya itu, Apa kamu tidak sedih melihat itu semua?" Aku mengulangi pertanyaanku.
"Iya sedih. Lalu?"
"Lalu apakah kamu menangis ?" Kataku .
"Kemungkinan besar kamu mungkin sama dengan kebanyakan orang, bahwa kamu mengaku merasa sedih tapi tidak menangis melihat itu semua. Kamu dan kebanyalan orang hanya menangis ketika diri disakiti, dikhianati, atau apa-apa yang buruk menimpamu." Lanjutku .
"Apa yang ingin kamu sampaikan sebenarnya?" Dia mulai tidak nyaman dengan jawabanku.
"Orang-orang tidak fair . Tidak sungguh-sungguh merasa sedih pada banyak hal. Kecuali jika sesuatu menimpa dirinya barulah mereka benar-benar merasa sedih, lalu menangis. Apa yang lebih egois dari manusia-manusia kota. Orang-orang berpura-pura. Termasuk ketika bersedih, mereka tidak benar-benar merasakannya." Lanjutku.
"Benar Soe Hok Gie; dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasa kedukaan. Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda. Kataku sendirian.
Komentar
Posting Komentar